Sabtu, 30 November 2013

Tugas membuat cerpen



                                       RAHASIA SANG ILAHI    

Pagi it Rahma terbangun dari tidurnya karena mendengar suara yang sangat keras, iapun berusaha mencari dari mana sumber suara itu berasal. Ternyata suara itu terdengar dari kamar orang tuanya yang sedang bertengkar hebat. Dengan perasaan yang sangat kaget iapun mendengarkan pertengkaran kedua orang tuanya. Iapun sempat mendengar kedua orang tuanya akan berpisah. Setelah mendengar itu Rahma merasa lemas dan tak kuasa menahan air matanya.
Tak tersasa jam sudah menunjukan jam 12.30, tanpa terlebih dahulu merapihkan buku pelajarannya Rahma bergegas untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang pelajar, dengan mata yang bengkak dan merah dia langsung berangkat kesekolah. Dengan mengendarai sepeda motornya, dijalan ia tak henti-hentinya berfikir kenapa orang tuanya harus bercerai atau berpisah. Sampai-sampai ia tidak terlalu memperhatikan jalan dengan teliti, ditengah perjalanan ia merasa ada yang ganjil dengan motornya. Ia pun berhenti sejenak untuk melihat keadaan motornya dan ternyata ban motornya bocor.
“Sial banget gue hari ini, apa dosa gue sih sampai semua ini menimpa gue.” Gumam Rahma dengan penuh kekesalan.
Tak begitu lama terdengar ada yang menyapa dari belakang
“Kenapa Rah, kok berhenti ditengah jalan?” Rahma pun menengok.
“Eh kalian, ini motor gue bannya bocor, mana gue ga bawa duit lagi.” Jawab Rahma
Ternyata yang menyapa adalah sahabatnya yaitu Ani dan Adi yang kebetulan melihatnya.
“Di depan ada bengkel ga jauh dari sini kok kita dorong aja dulu.” Kata Adi.
“Yaudah pake duit gue aja dulu, ayo kita dorong.” Sahut Ani.
“Makasih yah untung ada kalian.” Kata Rahma.
Mereka bertiga pun berjalan sambil mendorong motor. Memang benar tidak jauh dari tempat tadi ada bengkel. Selagi motornya diperbaiki Rahma pun menceritakan kegelisahannya.
“Nyokap bokap gue mau cerai.” Ucap Rahma sambil menundukan kepalanya.
Suasana seketika hening kedua sahabatnya tak percaya tentang apa yang ia bicarakan.
“Hah.. Serius Rah?” Tanya Adi.
“Iyalah gue serius dan gue ga tau harus gimana.” Rahma menjawab dengan air mata yang mulai menetes dipipinya, Ani pun langsung memeluk Rahma dan menenangkannya.
Tak terasa motor Rahma sudah selesai dibetulkan. Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju sekolah. Dengan waktu yang agak terlambat mereka pun meminta surat izin masuk, dan tanpa dipersulit mereka mendapatkan surat izin masuk karena memang mereka dikenal dengan anak yang baik-baik. Sesampainya dikelas ternyata kelas sedang kosong tidak ada guru.
“Eh sini deh.. gue mau cerita banyak.” Ujar Rahma kepada Ani dan Adi.
“Mau cerita apa?” Jawab Adi.
Rahma pun menjelaskan semua masalah yang sedang menimpa keluarganya saat ini, dari yang kedua orang tuanya akan berpisah sampai dia harus ikut siapa nantinya. Dengan mata yang berkaca-kaca Rahma menceritakan semua itu.
“Tenang Rah, kita selalu ada buat lo kok.” Ujar Ani menenangkan Rahma.
“Gue beruntung punya temen kayak kalian.” Jawab Rahma.
“Iya, tapi jangan lupa ganti duit gue yang tadi yah hehe.” Lanjut Ani yang tak mau kehilangan uangnya.
“Iya, yaelah.” Jawab Rahma sambil mencari-cari dompetnya.
Tak terasa bel yang menandakan istirahat sudah terdengar.
“Kantin yuk.” Ajak Adi.
“Eh.. Eh tar dulu kok dompet gue gak ada yah.” Ujar Rahma dengan muka panik.
Rahma tersadar bahwa ia tidak membawa dompet karena terburu-buru tadi.
“Yah, dompet gue kayaknya ketinggalan. Gue pinjem duit lo dulu yah di.” Ujar Rahma sambil memohon kepada Adi.
“Ga ah, ga ada duit lagi gue pinjem sama Ani aja tuh.” Jawab Adi.
“Yaelah Rah, lo kayak ga kenal Adi aja mana mau dia minjemin duit. Kemaren aja gue minjem gope ditagih sama dia.” Ujar Ani sambil meledek Adi.
Lalu mereka pun berangkat kekantin.
Tak terasa bel masukpun bunyi, pelajaran selanjutnya adalah seni budaya yang mengharuskan siswa membawa buku gambar. Rahma pun membuka tasnya berniat ingin mengambil buku gambar. Beberapa saat ia melihat isi tasnya yang ternyata dia salah membawa pelajaran hari itu.
“Keluarkan buku gambar kalian dan coba buat sketsa dibuku gambar kalian.” Ujar guru seni budaya
Rahma hanya terdiam dan tidak sadar dengan apa yang dikatakan guru tersebut.
“Kamu kenapa diam saja keluarkan buku gambarmu.” Ucap guru seni budaya
“Maaf pak, saya salah bawa buku pelajaran.” Rahma menjawab dengan nada yang memelas.
“Dari minggu lalu saya sudah bilang hari ini kita akan membuat sketsa kenapa tidak bawa buku gambarnya.” Lanjut pak guru dengan nada yang keras.
Jam pelajaran pun berakhir, bel tanda pulangpun sudah berbunyi, setelah keluar kelas Rahma pun pulang dengan lusuh. Di tengah perjalanan ia baru sadar ternyata bensinnya habis.
“Oh.. Tuhan atas semua cobaan ini hamba berserah kepada dirimu.” Ucap Rahma dengan suara memelas.
Rahma pun menelepon kerumahnya. Setelah beberapa lama tak ada jawaban dengan keadaan yang panik dan lemas Rahma menelepon Ani dengan maksud untuk meminjam uang kepadanya. Setelah Ani menghampiri Rahma mereka pun pulang kerumah masing-masing. Sesampainya dirumah ternyata keadaan rumahnya kosong.
“Tok.. tok.. tokk.. Assalamuallaikum.” Seseorang mengetuk pintu rumah Rahma.
“Waalaikumsalam.” Jawab Rahma sambil membuka pintu.
“Ehh.. mpo Minah ada apa?” Lanjut Rahma.
“Gini de Rahma, mau kasih tau kalau ayah dan ibu ade sedang kerumah sakit.” Jelas Mpo Minah.
“Hah.. siapa yang sakit Mpo?” Tanya Rahma dengan wajah yang panik.
“Saya kurang tau kalau soal itu.” Jawab Mpo Minah dengan nada rendah.
“Yasudah makasih yah Mpo udah kasih tau.” Sahut Rahma.
Mpo Minah pun meninggalkan rumah Rahma. Rahma lagi-lagi dilanda kebingungan memikirkan siapakah yang sedang sakit. Lalu ia bergegas untuk mandi selesai mandi Rahma pun mendengengar hapenya berbunyi yang ternyata itu adalah telepon dari ayahnya.
“Haloo.. ayah, ayah lagi dimana?” ujar Rahma di telepon.
“Ayah lagi dirumah sakit, mengantar ibu cek kedokter” jawab ayahnya.
“Ibu? Ibu sakit apa yah?” Tanya Rahma.
“Ibu tidak apa-apa. Malah ada kabar gembira untuk kamu……” Telponpun terputus.
Rahma pun bertanya-tanya apa kabar bahagia itu sambil menunggu kepulangan orang tuanya. Dengan kegelisahan dan sangat tidak sabar, apakah orang tuanya tidak jadi bercerai atau ia akan medapatkan seorang adik. Rahma mengira-ngira kabar baik yang akan diberitahu oleh ayahnya tadi. Malam pun tiba sambil menunggu ia menonton tv. Terdengarlah suara kendaraan didepan rumahnya. Ia lalu bergegasuntuk melihatnya yang ternyata adalah orang tuanya. Rahma pun membukakan pintu lalu keruang tamu. Rahma pun merasa heran dengan perlakuan ayahnya kepada ibunya yang menjadi lebih perhatian.
Ketika ayahnya sedang mengambil minum, Rahma pun menanyakan kepada ibunya tentang perubahan sikap ayahnya.
“Bu.. ayah kenapa jadi berubah gitu?” Tanya Rahma keheranan.
“Ayah kamu lagi seneng kak.” Jawab ibunya.
“Hah.. bahagia? Bahagia kenapa bu?” Tanya Rahma lagi.
Lalu ibunya menceritakan kepada Rahma bahwa sekarang ibunya sedang mengandung dan ia akan memiliki seorang adik dan ayahnya menggugurkan niatnya untuk menceraikan ibunya.
Setelah mendengar kabar tersebut Rahma langsung bergembira dan memeluk ibunya.

END

Pengarang                 : Dede darmadi
Penulis                      : Diani ayu palupi
Penerbit                    : Cintia rahmawati
Pemeran Utama        : Rahma
Pemeran Pendukung : Adi & Aniu